LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
SEKSUALITAS IKAN, TINGKAT KEMATANGAN
GONAD, FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR,
TINGKAH LAKU REPRODUKSI
OLEH
ADELINA SILABAN
1304112422
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
laporan hasil praktikum Biologi Perikanan ini yang berjudul “Larva ikan, Analisa Saluran Isi Pencernaan, dan
Penentuan Umur Ikan”. Adapun
tujuan saya menulis laporan ini yang utama adalah untuk memenuhi tugas.
Saya menyadari laporan ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan laporan saya untuk kedepannya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa/mahasiswi yang mengikuti
mata kuliah ekologi perairan ini.
Pekanbaru, November 2014
Adelina Silaban
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... v
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Waktu dan Tempat praktikum............................................... 7
3.1. Alat dan Bahan praktikum.................................................... 7
3.2.
Metode Pratikum................................................................... 8
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan............................................................................ 19
5.2.
Saran .................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.Tabel
Jenis Plankton Isi Saluran Pencernaan…………………….... 11
DAFTAR
GAMBAR
GAMBAR
Halaman
1. Larva ikan …………………………….................................
10
2. Otolith ikan ………………………………………………...
13
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian ikan di
perairan umum selain mengalami kematian secara alami kini kematian individu
ikan itu sebagian besardi sebabkan oleh adanya penangkapan terutama pada
spesies ikan yang bernilai ekonomis tinggi, pencem,aran yang diakibatkan oleh
adanya limbah industry , pertambangan ,pertanian, pemangsaan oleh predator dari
hewan-hewan avertebrata,serangan hama dan penyakit serta pengaruhgejala alam
seperti elnino dan gelombang tsunami.
Individu-individu
ikan sebelum mengalami kematian akibat terkena oleh limbah biasanya akan
memperlihatkan pergerakan atau tingkah laku yang berbeda ketika lingkungan
hidupnya tidak tercemar. Gerakan renang selalu tidak beraturandan arahnya tidak
menentu. Ada kalanya pergerakan itu akan membentur kedinding keramba atau ke
jarring yang mengakibatkan timbul luka pada permukaan tubuh sehingga keadaan
itu membantu mempercepat proses kematian individu ikan di dalam keramba atau
jaring apung .
Spesies yang
bersifat selalu hidup di lapisan permukaan perairan lebih mudah mengalami
kematian dari spesies ikan yang hidup
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum
Tujuan dari
praktikum biologi perikanan ini adalah :
1. Dapat
membedakan antara fase post larva dan pre larva .
2.
Mengetahui jenis-plankton yang dijumpai didalam saluran pencernaan.
3. Penentuan Umur Ikan yaitu untuk menentukan umur
suatu spesies ikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu jenis ikan melalui tulang otholit.
4.
Mengetahui bentuk dari otolith ikan .
Adapun
manfaat praktikum ini ialah mahasiswa bisa membedakan tahap larva
dan dapat mengamati kuning telur yang dibawa oleh larva tersebut, mengenal
lebih jauh lagi tentang analisa isi saluran pencernaan baik yang terdapat pada
ikan herbivor, karnivor maupun omnivor. Dan kebiasaan makan dari ikan
tersebut,dan mengetahui umur ikan berdasarkan pengamatan tulang otolith
dan untuk mengenal lebih jauh tentang bagaimana menentukan umur suatu ikan baik
melalui sisik, tulang vertebrate, tulang
operculum, pangkal duri sirip dada dan tulang otholit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan tambakan (Helostoma
temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari wilayah
tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari Thailand
hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia. Ikan ini juga
dikenal dengan nama tambakan pencium karena kebiasaannya "mencium" saat
mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama
pejantan. (Fujuya, Yushinta. 2004).
Pada larva mengalami masa peralihan antara fas primitif dengan fase
definitive. Fase primitif artinya sebagian organ tubuhnya belum terbentuk
secara sempurna dan belum dapat difungsikan dengan baik, sedangkan fase
definitive yaitu bentuk individu baru yang sudah memiliki bentuk tubuh secara
sempuran dan semua organ tubuh telah berfungsi seperti ynag terdapat pada
induknya (Atmaja, 2005)
Anak ikan yang baru menetas disebut dengan
larva dimana tubuhnya belum dalam keadaan sempurna, baik organ dalam maupun
organ luarnya. Dibidang budidaya larva yang baru keluar dari telur disebut
hatchling. Semasa perkembangannya larva terdiri dari pro larva dan post larva.( EFFENDIE, 2008)
Pada masa pro larva, larva tersebut
membawa kuning telur yang baerguna untuk cadangan makanan bagi individu ikan
diperairan. Cepat lambatnya kuning telur tersebut habis berbeda satu dengan
yang lainya antara individu ikan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain jumlah kuning telur yang dibawa telur itu sendiri, factor fisologis
selama periode embriologi, kondisi lingkungan separti suhu lingkungan, dan
sifat dari sepses itu sendiri. (andea,2005)
Larva ikan yang baru ditetaskan
pergerakannya hanya sewaktu-waktu saja dengan mengerakkan bagian ekornya ke
kiri dan kekanan dengan banyak diselingi istirahat karena tidak dapat
mempertahankan posisi tegak. Sehingga dengan banyaknya bergerak mempercepat
habisnya kuning telur yang dimilikinya. (EFFENDIE,
2008).
Ikan betina yang telah matang
gonad dan siap untuk memijah sebelumnya akan dibuahi oleh spermatozoa maka di
dalam sel telur akan terjadi peleburan dan penyatuan kedua inti sel. Pada saat
ini mulai terbentuk zygot yang kemudian diikuti dengan pembelahan hingga
terbentuknya individu ikan lalu menetas dan keluar dari cangkangnya yang
disebut dengan larva. ( Herdia, 2006 )
Populasi ikan disuatu perairan sangat penting untuk diketahui karena
dengan mengetahui jumlah populasi
disuatu perairan maka kita akan mengetahui batas tangkap ikan yang boleh
diambil agar tidak terjadi over fishing yang lama kelamaan akan menyebabkan
kepunahan pada ikan–ikan yang ada, di perairan seperti kita ketahui bahwa
kebutuhan gizi dari ikan lama–kalamaan semakin meningkat, dengan mengetahui
pendugaan populasi suatu perairan kita juga dapat
mengetahui pada daerah mana yang terdapat banyak ikan namun kita tidak
mengambilnya melebihi batas maksimum ikan yang boleh ditangkap agar kelestarian
ikan diperairan tetap selalu terjaga. (Djuanda, 2009)
Perubahan jumlah individu dalam populasi
dari suatu spesies ikan dapat berubah – ubah
dari waktu ke waktu. Terjadinya perubahan itu dipengaruhi oleh
keberhasilan atau kegagalan produksi selanjutnya dapat mempengaruhi rekruitment ke dalam populasi ikan
yang telah ada. Selain itu juga dipengaruhi oleh angka mortalitas yang terjadi.
Angka mortalitas agak sukar untuk ditetapkan karena banyak factor yang
mempengaruhi. (Rifardi, 2008)
Larva yang baru keluar dari cangkang
telur digolongkan sebagai prolarva dimana pada massa ini larva masih
memiliki cadangan makanan berupa kuning telur dan organ-organnya belum
terbentuk sempurna. Sesudah habis cadangan makanan berupa kuning telur maka
larva akan memasuki periode postlarva dan pada saat ini beberapa organ tubuh
sudah mulai terbentuk senpurna serta mulai difungsikan. (Penuntun Praktikum Biologi Perikanan ,2014).
Sistem pencernaan pada
ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut mulai dari mulut,
kerongkongan, oesophagus, lambung, usus, dan dubur. Sedangkan kelenjar pencernaanya
terdiri dari hati dan kantong empedu. Disamping itu, saluran pencernaannya
(lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. (Mujiman,2000).
III.BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
3. 1. Waktu dan Tempat
Waktu dilaksanakan praktikum ini adalah hari Rabu 19 November 2014 pukul 10.30 WIB, sedangkan tempat
dilaksanakan praktikum ini adalah
Laboratorium Biologi Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3. 2. Bahan dan Alat
Bahan praktikum adalah organ tubuh Ikan tambakan ( Helostoma temminckii ) yang telah di awetkan selama 7 hari.
Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum
adalah buku penuntun praktikum, laporan sementara,mikroskop,cover glass, objek glass,cawan, gelas ukur, kalkulator, carter, pensil, pena, penghapus, penggaris, jarum, gunting, serbet dan nampan.
Dimana fungsi alat-alat tersebut ialah, buku penuntun praktikum sebagai alat
untuk referensi, laporan sementara yaitu tempat mencatat hasil pengamatan
sementara, pensil untuk menggambar objek, pena untuk mencatat keterangan pada
gambar, gunting untuk membedah tubuh ikan, penghapus untuk menghapus apabila
ada kesalahan, penggaris untuk mengukur data morphometrik objek, jarum berguna
untuk menunjukkan oragan-organ dalam tubuh ikan, serbet untuk mengelap nampan
dan membersihkan alat-alat setelah praktikum, dan nampan sebagai tempat objek
diletakkan.
3. 3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan secara
langsung terhadap objek praktikum yang diteliti atau yang diamati selama
melakukan praktikum dan berdasarkan data-data yang ada, serta tetap berpedoman
pada buku panduan praktikum dan buku lain yang mendukung mata kuliah Biologi
Perikanan serta didukung beberapa literature tertentu, yang berkaitan dengan
objek yang diamati tersebut. Untuk menghitung nilai indeks kematangan gonad
digunakan
3. 4. Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum yaitu praktikan mencuci
organ / saluran pencernaan yang sudah di awetkan selama 7 hari ,kemudian di
diamkan selama 10 menit ,lalu letakkan ke dalam gelas ukur yang telah di isi
air sebanyak 10 ml.
Setelah itu ukur panjang usus dari ikan tambakan
tersebut. Kemudian ambil dari bagian dalam usus, masukan ke dalam cawan beri
air 1 sampai 3 tetes bergantian ,amati plankton yang terdapat pada usus ikan
tersebut dengan menggunakan tiga sapuan atau tiga kali pergerakan mikroskop. Setelah
di dapat berapa volume lambung berisi dan volume lambung kosong,maka hitunglah
persentase volume satu jenis makanan dengan menggunakan rumus :
Vi = ( n / ) × Vp
Dimana : Vi
= Persentase volume satu jenis makanan
n =
Jumlah satu jenis makanan
= Jumlah
semua jenis makanan
Vp
= Volume makanan ikan .
Misalkan : volume makanan + volume aquadest
: 0,5 ml + 10 ml =10,5 ml
Maka di asumsikan 10,5 adalah volume
makanan ikan .
Untuk
menetukan post larva atau pre larva, letakkan larva ikan di atas objek glass ,kemudian
amati di mikroskop. Begitu juga dengan otolith, letakkan diatas objek glass
mikroskop otolith yang sudah di awetkan selama 7 hari.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah telah dilakukan klasifikasi dari
pada ikan Tambakan (Helostoma temminckii) adalah
sebagai berikut :
4.1.1. Larva Ikan
Gambar 1. Individu
post larva
Larva ikan
ini terdapat sirip ekor dan sirip perut. Ikan ini termasuk defenitif
karena sudah tidak memiliki kuning telur dan organnya sudah mulai berfungsi.
4.1.2. Tabel
Jenis Plankton yang di jumpai di dalam Saluran Pencernaan Ikan
Jenis
|
Tetes 1
|
Tetes 2
|
Tetes 3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.1.3. Gambar otolith Ikan Tambakan
Gambar 2. Otolith
4.2. Pembahasan
Ikan tambakan (Hellostoma
temmincki) mempunyai bentuk tubuh
gepeng (compressed) dan lonjong agak tebal bibirnya dapat ditonjokan kedepan
badan dan kepala bersisik keras, matanya sedikit keatas dari sudut mulut, gurat
sisik sempurna, sirip punggung, panjang tetapi tidak begitu lebar. Ikan
tambakan menyukai keadaan yang sedikit agak hangat yang biasanya terletak pada
ketinggian 150-750 meter dari permukaan
laut kisaran temperature 25-30 derajat celcius dan pada pH netral .
Anak ikan yang baru menetas
disebut dengan larva dimana tubuhnya belum dalam keadaan sempurna, baik organ
dalam maupun organ luarnya. Dibidang budidaya larva yang baru keluar dari telur
disebut hatchling. Semasa perkembangannya larva terdiri dari pro larva dan post
larva
Larva yang baru keluar dari
cangkang telur digolongkan sebagai
pro-larva dimana pada massa ini larva masih memiliki cadangan makanan berupa
kuning telur dan organ-organnya belum terbentuk sempurna. Sesudah habis
cadangan makanan berupa kuning telur maka larva akan memasuki periode
post-larva dan pada saat ini beberapa organ tubuh sudah mulai terbentuk
senpurna serta mulai difungsikan.
Tahap larva adalah tahap paling
kritis dalam kehidupan ikan karena banyak faktor penyebab mortalitas mulai dari
larva, menetas ke alam sampai dapat mencari makanan sendiri. Terjadinya
mortalitas itu karena faktor lingkungan dan diri larva itu sendiri. Kematian
larva karena lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor biologi diantaranya makanan, predator
dan kanibal, faktor kimia diantaranya pencemaran, oksigen terlarut, derajat
keasaman, dan salinitas, sedangkan faktor fisika diantaranya suhu perairan,
arus, dan turbiditas.
Macam-macam tingkah laku ikan pada fase pra
pemijahan diantaranya ialah : aktifitas mencari makan, ruaya, pembuatan sarang,
sekresi feromon (pengenalan lawan jenis, mencari pasangan), gerakan-gerakan
rayuan dan lain-lain.
Berdasarkan hal ini maka tingkah laku ikan itu dapat pula dibagi menjadi
tiga yaitu tingkah laku pada fase pra pemijahan, tingkah laku ikan pada fase
pemijahan dan tingkah laku ikan pada fase pasca pemijahan.
Ikan-ikan
berumur pendek adalah ikan yang tidak memiliki alat pernafasan tambahan,
pergerakan cepat, sedangkan ikan berumur panjang adalah ikan yang tergolong
primitif, pergerakan lambat, mempunyai alat pernafasan tambahan, penghuni dasar
atau perairan dangkal dan luwes terhadap lingkungan. Kemampuan untuk mengetahui
umur dari suatu individu ikan telah dimulai beberapa ratus tahun yang lalu .
Pada larva mengalami masa
peralihan antara fas primitif dengan fase definitive. Fase primitif artinya
sebagian organ tubuhnya belum terbentuk secara sempurna dan belum dapat
difungsikan dengan baik, sedangkan fase definitive yaitu bentuk individu baru
yang sudah memiliki bentuk tubuh secara sempuran dan semua organ tubuh telah
berfungsi seperti ynag terdapat pada induknya
Larva ikan yang baru ditetaskan pergerakannya hanya sewaktu-waktu saja
dengan mengerakkan bagian ekornya ke kiri dan kekanan dengan banyak diselingi
istirahat karena tidak dapat mempertahankan posisi tegak. Sehingga dengan
banyaknya bergerak mempercepat habisnya kuning telur yang dimilikinya.
Secara garis besar susunan saluran pencernaan pada ikan terdiri dari mulut,
oesophagus, lambung, intestinum dan anus. Akan tetapi, pada jenis ikan Channa
organ saluran pencernaan antara lambung dan intestinumnya terdapat pyloric
caeca. Selain itu pada mulut ikan dapat dijumpai gigi yang berperan untuk
mambantu mendapatkan makanan.
Saluran pencernaan, bentuk mulut dan gigi, bentuk dan ukuran lambung
serta intestinum yang dimiliki setiap jenis ikan bervariasi, maka menyebabkan
setiap spesies ikan cara mengambil makanannya juga bervariasi. Sehingga
berdasarkan cara mendapatkan makanannya, maka ikan-ikan itu dapat digolongkan
menjadi ikan yang bersifat predator, pemikat, penyumpit, peninggu atau pemalas,
penyaring makanan (filter feeder), grazer dan parasit
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di
dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham
bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak
menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut
makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat didaerah sekitar
insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan
bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di
dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya
dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk
memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang
berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus
Analisis isi pencernaan ikan merupakan kajian tentang hubungan antara
komposisi pakan alami dalam lambung dan habitatnya, baik yang bersifat
planktonik, bentik maupun nektonik dan lainnya. Kebiasaan makanan ikan (food
habits) dapat digunakan untuk mengetahui hubunganekologi dengan organisme di
dalam perairan, misalnya pemangsaan, persaingan dan rantai makanan. Makanan
merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisiikan.
Macam makanan satu spesies ikan biasanya bergantung pada umur, tempat dan waktu.
Saluran pencernaan makanannya ikan-ikan yang
tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya
fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu.
Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda
Sistem pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian yaitu : saluran
pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria).
Saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, kerongkongan, esophagus,
lambung serta usus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan kantung
empedu. Lambung dan usus juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan
Pembacaan umur adalah suatu pengetahuan yang cukup menarik dalam bidang
perikanan terutama pembacaan umur pada spesies-spesies ikan yang hidup secara
alami diperairan umum. Karena kita tidak mengetahui pasti kapan suatu individu
ikan itu menetas dari telur, yang dapat
kita ketahui adalah beberapa ukuran panjang tubuh individi ikan itu ketika tertangkap oleh nelayan. Lain halnya dengan
spesies ikan yang dibudidayakan kita
mengetahi berapa lama individu ikan tersebut telah dipelihara dan kalau kita
ingin melacak lebih lanjut kitadapat mengetahui kapan ikan itu menetas dari
telurnya. Penelitian tentang umur
ikan yang berasal dari perairan sudah dilakukan sekitar 100 tahun yang lalu .
Bagian tubuh lain yang dipakai
untuk menentukan umur ikan ialah tulang operculum (bagian tutup insang), batu
telinga (otolith), vertebrate (tulang punggung) dan jari-jari keras sirip
punggung. Bagian-bagian tubuh ini
dipakai terutama untuk ikan yang tidak mempunyai sisik seperti golongan ikan
lele, baung dan sebagainya, misalnya kerena musim dingin, kekurangan makanan
atau factor lain, maka selain pada sisik tanda kelambatan pertumbuhan akan
tercatatat pula pada bagian tubuh tersebut diatas.
Cara
lain untuk mengetahui umur ikan dengan menggunakan metode Petersen yaitu dengan
menggunakan frekuensi panjang ikan.
Angggapan yang dipakai untuk menggunakan metode ini ialah bahwa ikan
satu umur mempunyai tendensi membentuk suatu distribusi normal sekitar panjang
rata-ratanya. Bila frekuensi panjang
tersebut digambarkan dengan grafik akan membentuk beberapa puncak. Puncak-puncak inilah yang dipakai tanda
kelompok umur ikan itu. Cara ini akan
baik dipakai apabila ikannya mempunyai masa pemijahan pendek, terjadi satu kali
satu tahun dan umur ikan tersebut tidak panjang. Untuk ikan lain yang mempunyai masa pemijahan
panjang menyebabkan lambat dari satu kelas umur lebih tinggi, akan bertumpuk
atau mempunyai ukuran sama dengan ikan yang tumbuhnya lebih cepat pada umur
yang lebih rendah
Umur merupakan salah satu penduga terbaik dalam menentukan tingkat
pertumbuhan relatif pada ikan, walaupun pertumbuhan sebenarnya sangat
dipengruhi oleh faktor-faktor lingkungan Selanjutnya Effendie (1992) menjelaskan tanda tahunan pada tubuh ikan tercatat
pada sisik, tulang oprculum, duri sirip punggung atau dada, tulang punggung
otolith (batu telinga). Hoffbaur (dalam
Effendie, 1992) juga menerangkan bahwa tanda tahunan yang terdapat pada
sisik dikenal dengan annulus.
Otolith terbentuk dari kalsium karbonat yang mengeras didalam saluran
kanal dari sirkulasi pada tulang ikan yang menonjol, berperan membantu dalam
keseimbangan dan menanggapi bunyi .
Sebagian diatom berbeda nyata pada diatom morfologi otolith yang terjadi
diantara ikan-ikan bertulang sejati yang memberi kesan bahwa otolith ini
mempunyai peranan penting untuk pendengaran. Otolith terutama tambahan
dari kristalisasi kalsium karbonat, dalm bentuk magnetik dan berserabut.
Kolagen yang mempunyai protein otoline .
Pertumbuhan otolith mempunyai permukaan dan endapan material, suatu
proses yang berhubungan dengan masa peredarannya bergantung pada laju dalam
metabolisme kalsium dan pada asam amino sintesis. Hasil merupakan formasi
tambahan dari pertumbuhan harian dalam otolith, tersususn secara kontingen atau
penambahan unit dan suatu unit pengawasan .
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Larva adalah individu
ikan yang baru ditetaskan. Tubub yang belum terbentuk dengan sempurna
baik organ luar ataupun organ pada bagian dalam. Larva dibagi atas dua yaitu
pro larva dan post larva. Pro larva yaitu larva yang masih memiliki kuning
telur, sirip belum terbentuk secara sempurna dan belum memiliki bukaan mulut,
sedangkan post larva yaitu larva yang telah memiliki bukaan mulut dan siripnya
telah terbentuk secara sempurna.
Setiap larva ikan yang baru saja
ditetaskan atau yang baru dikeluarkan dari cangkang telur akan memasuki suatu
fase kehidupan yaitu fase larva. Individu yang ada dalam fase larva akan
mengalami suatu masa yang paling kritis dalam kehidupannya. Karena pada fase
ini individu ikan mengalami masa peralihan dari bentuk primitif kebentuk
definitive.
5.2. Saran
Dalam melakukan penelitian
tentang larva haruslah dilakukan dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil
baik serta harus didukung dengan sumber-sumber sebagai pedoman untuk mengamati
larva ikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Andea. 2005. Mengenal Beberapa Jenis Ikan Air
Tawar (Kerper Jepang Nishikigoi). Yogyakarta. Kanisius
Atmaja. 2005. Metode biologi perikanan. Yayasan Dwi
Sri, Bogor. 122 hal
Djuanda, 2009,
Pengantar Lingkungan Perairan dan
Budidaya Air. Liberty : Yogyakarta.
Effendie,
M. I. 2008. Penilaian Perkembangan Gonad, Liza subviridiss Valenciences,
di Perairan sungai Cimanuk. Bogor. Fakultas Pascasarjana IPB.
Fujuya,
Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar
Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta. Rineka Cipta.
Herdia. 2006.
Text
Book of Fish
Culture Breeding and
Cultivation of Fish Fishing (New
Book) Ltd. London.
Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya.
Situbondo. 190 hal.
, 2014
. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan.
Pekanbaru. Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
UNRI.
Rifardi,
ddk. 2008.Jenis ikan hias. Reproduksi atau
pembenihan.
LAMPIRAN
Adapun alat dan bahan yang di gunakan , yakni sebagai
berikut :
Mikroskop
|
Usus Ikan
|
Pipet Tetes
|
Tabung Ukur
|
Nampan
|
Penggaris
|
Kalkulator
|
Tissu
|
Carter
|
Gunting bedah
|
Pensil , Pena dan Peruncing
|
Buku Praktikum
|